Minggu, 11 Mei 2014

Permainan Berujung C.I.N.T.A

Berawal dari sebuah pertemuan yg berlanjut menjadi permainan dan berakhir menjadi CINTA.

Aku mengenalnya, dia sosok yg menyenangkan. Berkomunikasi dengannya membuatku sering tertawa, senang. Pertemuan pertamaku dengannya hanya mengobrol diatas motor yg dia parkirkan disebuah tempat. Masih terasa asing, tapi tidak kaku, rasanya nyaman, bahkan sangat menyenangkan.

Pertemuan itu ternyata awal dari pertemuan selanjutnya. Waktuku tidak pernah habis untuk berkomunikasi dengannya, intens, selalu dan selalu. Entah bagaimana ceritanya terjadilah sebuah permainan yg dianggap seru olehku dengannya, sampai aku menganggapnya sebuah mainan yg menyenangkan. Rasanya seperti saat aku masih kecil menemukan sebuah puzzle unik yg sangat menyenangkan sekaligus menantang untuk dimainkan.

Permainan itu bernama ’underground’. Permainan bawah tanah yg tidak diketahui oleh siapapun. Motif dari permainan ini adalah karena kami memiliki lingkungan yg sama, teman-temannya adalah teman-temanku, sehingga tidak boleh ada satu orangpun yg mengetahui hubungan kami apalagi pertemuan kami. Itulah perjanjian dari permainan ini.

DEAL!

Permainan ini membuat aku dengannya terus dan terus melanjutkan hubungan yg entah apa disebutnya. Dekat, tapi… Entahlah.
Semakin lama permainan ini semakin seru. Rasanya aku menemukan sebuah pencerahan setelah aku berusaha melupakan ‘cinta gagalku’ beberapa lama yg lalu.

Dia datang disaat yg tepat. Saat aku membutuhkan sosok lain yg bisa menghiburku disaat sedih ketika aku harus melupakan ‘cinta gagalku’ itu. Hidupku jadi terasa ringan, bebanku lepas. Aku merasakan sesuatu yg berbeda. Dengan sendirinya dia telah membuat aku melepaskan gumpalan beban yg ada difikiranku selama ini.

Sangat sangat sangat menyenangkan. Disaat aku ingin bertemu dengannya, dia mau meluangkan waktunya untukku. Entah apa yg kurasakan pada saat itu, yg pasti senang dan ‘free mind’.

Dia sosok yg unik, humoris, terkadang berfikiran dewasa. Tapi komunikasiku dengannya jarang sekali membahas sesuatu yg serius, hanya lelucon dan lelucon yg menyenangkan saja.
Hal yg membingungkanku adalah ketika teman-temanku bertanya dengan siapa aku akan pergi, dan aku menamakan dia ‘sahabat dekat’. Semua temanku penasaran siapa dia? tapi ini pertanyaan yg tidak seharusnya kujawab kebenarannya. ini KOMITMEN yg tidak boleh dilanggar. Dia seseorang yg nyata tapi tidak dibuat nyata. Sampai-sampai aku sering menghilang ala ‘ninja’ alias kabur dari teman-temanku jika akan bertemu dengan dia, karena ini RAHASIA.

Hal yg sangat lucu sekaligus menyebalkan adalah ketika setiap pertemuanku dengannya selalu tidak berarah. Mau kemana kita pergi? entahlah.. karena akan sangat tidak nyaman jika bepergian ketempat yg ramai, apalagi jika sampai bertemu dengan salah satu diantara temanku atau temannya, bukan ‘underground’ lagi namanya. Lalu, kemana kita pergi? Jalan-jalan mengukur jalan, itu yg dilakukan, hahaha.. bermotor ria dan berhaha-hihi saja diatasnya, sambil menghabiskan waktu.

Ini permainan yg sangat menyenangkan.
Tidak terasa sudah lebih dari 3 bulan. Permainan ini masih berlanjut. Tapi entah kenapa.. hari demi hari, dia yg kuanggap boneka lucu untuk dimainkan ternyata malah bermain-main dikepalaku. Selalu dan selalu muncul. Disaat aku hendak tidur, tiba-tiba dia muncul dan tersenyum di fikiranku. "APA INI? hey otak.. tidak lucu! jangan bercanda, usir dia dari fikiranku, tidak boleh! Permainan ini adalah lelucon, bukan keseriusan, jadi untuk apa dia menari-nari di kepalaku?? Sudahlah.. suruh dia pergi!"

Kesal sekali rasanya ketika aku tiba2 malah memikirkannya. Ingat, ini adalah permainan ‘underground’

INGAT ITU!

Tapi..

Semakin hari aku malah semakin terhanyut dan menikmati saat membayangkan tentang dia. Wajahnya, kelucuannya, kesantaiannya, semuanya. Bahkan semakin lama dia semakin sering muncul difikiranku. Selalu dan selalu. Tanpa jeda. sampai seharian aku beraktivitaspun selalu ada dia difikiranku.

APA MAKSUDNYA INI?

"Apakah aku …………. JATUH CINTA????"
Tidak! ini bukan hal yg seharusnya terjadi. Tidak boleh!
Dia bukan orang pilihanku. Dia bukan orang yg kuidamkan selama ini, bukan dia. Jangan! Rasa seperti ini harus bisa kutolak, aku tidak boleh sembarangan jatuh cinta. Jatuh cinta adalah hal yg sangat fatal bagiku. Tidak ada lagi didalam kamusku ‘salah jatuh cinta’ Tidak akan pernah lagi! aku sudah kapok, aku sudah terlalu seering merasakan kesakitan karena jatuh cinta yg salah. Itu tidak boleh terjadi lagi padaku. aku harus jatuh cinta pada orang yg tepat untukku.

HARUS!

Tapi..

Semakin kutolak rasa ini… perasaan ini malah semakin menghantui fikiran dan hatiku. Aku terus terus terus memikirkan dan membayangkan dia, waktuku selalu habis untuk selalu ingin tau tentang apa yg sedang dia lakukan. Bahkan hal yg sangat menghantui adalah ketika aku malah memimpikan dia selama 1 minggu berturut-turut.

KENAPA JADI BEGINI?? KENAPA DIA SELALU MUNCUL DI MIMPIKU??

Mungkin karena dia sangat menarik dipandanganku, sampai-sampai bisa menarik perhatianku hingga menarik hatiku.
ternyata benar.. aku memang benar-benar JATUH CINTA PADANYA.

Bukankah cupid memilah-milih saat ia memanahkan panah cintanya pada seseorang? Lalu kenapa harus dia? Seandainya aku bisa menawar, jangan kau tujukan panah ke arah orang itu cupid, dia bukan pilihanku!! Tapi cupid ternyata tidak mau tawar-menawar, dia tetap memanahkannya pada orang itu. Entah cupid yg bodoh, atau aku yg tidak mampu menahan panah yg mengarah padanya. Entahlah..
Dan..
Rasa ini pun menjadi sebuah RAHASIA.
RAHASIA KEDUA-KU.
Dia tidak boleh tau.. tidak boleh!
Entah apa alasanku yg tidak menginginkan dia tau rasa ini. Akupun tidak tau apa yg dia rasakan sebenarnya padaku, entahlah.. dan sebaiknya akupun tidak menginginkan untuk tau hal itu. Karena rasa ini akan tetap menjadi sebuah Rahasia. Biarkan saja rasa ini menjadi sebuah keindahan yg tersembunyi didalam hatiku. Biar kurasakan sendiri. Entah sampai kapan..
Yg pasti.. ceritaku dengannya adalah sebuah permainan, hanya permainan, dan akan tetap menjadi sebuah permainan.
Meskipun… “PERMAINAN BERUJUNG CINTA”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar